TUGAS RESUME SEMIOTIKA BUKU ART VAN ZOEST 1993



BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
                 Kehidupan sehari-hari manusia tidak pernah lepas dari tanda. Tanda secara tersirat maupun tersurat, dari alam ataupun manusia itu sendiri. Sebuah cerita mengisahkan tentang Absalom yang terbunuh karena ia tidak bisa menghindari musuhnya, Joab, ketika rambutnya yang lebat tersangkut pohon. Dalam cerita W.F Hermans Lotti Fuehrscheim dikatakan, bahwa seandainya Absalom tahu namanya mirip dengan kata Belanda ‘kapsalon’, mungkin ia tidak terlambat untuk memotong rambutnya dan terlepas dari nasib buruk itu. Ini bukan hanya lelucon, Absalom dapat menafsirkan namanya sebagai tanda, kalau saja ia hidup di zaman dan kawasan bahasa lain. Dalam pikiran tersebut tersisip visi pesimistis Hermans mengenai hubungan manusia dengan universum tempat hidupnya. Universum adalah khaos yang mungkin saja menghadapkan manusia dengan tanda-tanda petunjuk nasib tetapi manusia tidak memiliki kemampuan untuk mengenali dan menginterpretasikannya. Yang menyedihkan menurut Hermans, adalah bahwa manusia harus menelusuri suatu jalan, tetapi tanpa diberitahukan bagaimana caranya.
                 Penulis Prancis Michel Butor beranggapan bahwa masalah manusia adalah mencari arti dari yang tidak mempunyai arti. Manusia dengan pelantara tanda-tanda dapat melakukan komunikasi dengan sesamanya. Semiotika (ilmu tanda) adalah nama cabang ilmu yang berurusan dengan tanda.
B.     Rumusan masalah
                 Makalah ini akan mengkaji mengenai tanda, sesuai dengan buku Semiotika: Aart van Zoest:1993 yaitu :
1.    Apa semiotika itu ?
2.    Bagaimana pengertian dasar itu dapat diterapkan dalam studi sastra ?
3.    Apa bidang terapan semiotika yang lain ?
C.       Tujuan
                  Makalah ini bertujuan untuk :
1.      Mengetahui pengertian dasar semiotika
2.      Mengetahui bagaimana pengertian dasar itu dapat diterapkan dalam studi sastra
3.      Mengetahui beberapa bidang terapan semiotika yang lain
D.      Manfaat
                  Makalah ini bermanfaat untuk :
1.      Dapat memberikan gambaran tentang pengertian dasar semiotika
2.      Dapat mengerti penerapan semiotika dalam studi sastra
3.      Dapat mengetahui beberapa bidang terapan semiotika yang lain
4.      Memenuhi tugas mata kuliah Teori Sartra

BAB II
PEMBAHASAN
A.     Pengertian Dasar
1.    Apakah Semiotika itu ?
          Kata semiotika berasal dari bahasa Yunani semeion, yang berarti tanda. Maka secara istilah semiotika berarti ilmu tanda. Semiotika adalah cabang ilmu yang berurusan dengan pengkajian tanda dan segala sesuatu yang berhubungan dengan tanda, seperti sistem tanda dan proses yang berlaku bagi pengguna tanda.
          Menurut F. de Saussure (1857-1913) bahasa harus dipelajari sebagai suatu sistem tanda, tetapi iapun menegaskan bahwa tanda bahasa bukanlah satu-satunya tanda. Atas dasar itulah muncul pemikirannya, bahwa ilmu bahasa, yang dianggap sebagai studi mengenai jenis tanda tertentu, mestinya mendapatkan tempat di dalam ilmu tanda. Menciptakan tanda bukanlah urusannya, tetapi ia telah memikirkan sebuah nama untuknya, yakni, ‘semiologi’. Peirce menggunakan kata ‘semiotika’, dan mereka yang bergabung dengan Saussure menggunakan ‘semiologi’.
          Semiotika terdiri atas dua aliran utama :
a.       Peirce, ia tidak mengambil contoh dari ilmu bahasa
b.      Saussure, ia menganggap ilmu bahasa sebagai pemandu, guru, atau pengajar
          Semiotika yang mempelajari masalah-masalah, katakanlah, tanda tanpa disengaja dan konotasi dapat disebut semiotika konotatif. Kemudian muncul semiotika ekspansif, aliran ini terutama dijelmakan oleh Julia Kristeva, cirinya ialah adanya sasaran akhir untuk kelak mengambil alih kedudukan filsafat. Dalam semiotika jenis ini pengertian tanda kehilangan tempat sentralnya, sering disebut ilmu total baru.
          Di Italia babak semiotika didominasi oleh Umberto Eco. Ia bertolak dari pandangan Peirce, mendorong penelitian semiotika dalam berbagai bidang seperti seni lukis, arsitektur, unsur kemasyarakatan, dan juga sastra.
          R. Jakobson membuat ikhtisar aliran-aliran semiotika, yaitu formalisme Rusia dan strukturalisme Praha.
2.  Peirce
          Charles Sander Peirce (1839-1914) adalah seorang filosof Amerika yang paling orisinal dan multisimensional. Filsafatnya dikenal dengan sebutan “pragmatisme”. Peirce kecuali filsuf, adalah seorang ahli logika. Menurut peirce, tugas seorang ahli logika adalah memahami bagaimana manusia bernalar (penalaran itu sendiri dapat diserahkan pada ilmu pasti). Peirce sampai pada keyakinannya bahwa manusia berpikir dalam tanda, karenalah ia menciptakan ilmu tentang tanda. ‘Semiotika’,  baginya sinonim dan ‘logika’.
          Bagi Peirce fungsi esensial tanda adalah membuat sesuatu efisien, baik dalam komunikasi kita dengan orang lain , maupun dalam pemikiran dan pemahaman kita tentang dunia. Uraian tersebut ditulis Peirce dalam surat kepada Lady Welby (12 Oktober 1904).
3.  Apakah tanda itu ?
          Pertama, tanda harus diamati agar berfungsi sebagai tanda. Kata menjadi sebuah tanda apabila ‘menunjuk pada’, ’menggantikan’, ‘mewakili’, dan ‘menyajikan’. Tanda secara mutlak mempunyai sifat representatif. Sifat representatif dari tanda mempunyai hubungan langsung dengan sifat interpretatif. Terdapat tiga unsur yang menentukan tanda:
a.       Tanda yang dapat ditangkap itu sendiri
b.      Tanda yang ditujukannya
c.       Tanda baru dalam benak penerima tanda
          Antara tanda dan yang ditujukannya terdapat relasi, tanda mempunyai sifat representatif. Tanda dan representasi mengarahkan pada interpretasi, tanda mempunyai sifat interpretatif.
          Proses tanda adalah memfungsikan hubungan rangkap tiga, yang tidak dapat dikurangi menjadi hubungan rangkap dua ( tidak dalam kenyataan, tapi bisa dalam penggambaran) dan dalam hubungan ini representasi lebih fundamental ketimbang interpretasi. Hasil representasi disebut donatatum atau repsentatum.
          Ciri terakhir tanda yaitu sesuatu hanya dapat merupakan tanda atas dasar satu dan lain.  Pengetahuan tentang kode membuat kita menganggap dan menginterpretasikan tanda itu sebagai tanda. Kode yang dimaksud adalah kode bahasa, meskipun tidak selalu demikian. Tanda-tanda sering kali berfungsi tanpa kode.
4.  Tanda dan Groundnya
          Peirce membagi tanda berdasarkan sifat Ground :
a.          Qualisigns   : tanda-tanda yang merupakan tanda berdasarkan suatu sifat.
b.         Sinsigns       : tanda-tanda yang merupakan tanda atas dasar tampilannya dalam kenyataan.
c.          Legisigns     : tanda-tanda yang merupakan tanda atas dasar suatu peraturan yang berlaku umum, sebuah konvensi, sebuah kode.
5.  Tanda dan Denotatum
          Denotatum adalah istilah yang dipergunakan untuk menandakan unsur kenyataan yang ditunjuk oleh tanda. Denotatum adalah sebuah himpunan atau kelas dari designata. Situasi menentukan penunjukan denotatum dan interpretan pada penggunaan tanda-tanda bahasa.
          Peirce membedakan tiga macam tanda menurut sifat penghubungan tanda dan denotatum :
a.     Ikon (ikonis)                : tanda yang sedemikian rupa sebagai kemungkinan, tanpa tergantung pada adanya sebuah denotatum, tetapi dapat dikaitkan dengannya atas dasar suatu persamaan yang secara potensial dimilikinya. Tanda ikonis adalah tanda yang menggambarkan yang bersandar pada suatu persamaan dengan sesuatu yang telah dikenal.
b.    Indeks                         : sebuah tanda yang dalam hal corak tandanya tergantung dari adanya denotatum. Tanda indeksikal adalah tanda-tanda yang menunjuk.
c.     Lambang ( simbol )      : tanda yang hubungan antara tanda dan denotatumnya ditentukan oleh suatu peraturan yang berlaku umum. Tanda simbolis adalah tanda lewat perjanjian.
6.  Tanda dan Interpretantnya
                      Peirce membedakan macam interpretasi menjadi tiga :
a.     Rheme      : dapat diartikan sebagai suatu kemungkinan denotatum.
b.    Dicisign     : tanda menawarkan hubungan yang benar ada di antara tanda denotatum.
c.     Argument: interpretasi dengan arti umum.
7.  Sebuah Tipologi Tanda
                      Sepuluh kelas tanda menurut Aart van Zoest :
a.   Sebuah Qualisign
b.  Sebuah sinsign ikonis
c.   Sinsign indeksikal rhematis
d.  Sebuah sinsign sicent
e.   Sebuah legisign ikonis
f.    Sebuah legisign indeksikal rhematis
g.   Sebuah legisign indeksikal dicent
h.   Sebuah simbol rhematis
i.     Sebuah simbol dicent
j.    Sebuah argument
8.  Sintaksis, Semantik, dan Pragmatik
          Studi tentang relasi yang tertuju pada pencarian peraturan yang pada dasarnya berfungsi secara bersama-sama, ini disebut sintaksis semiotis.
          Kalau penelitian kita tertuju pada hubungan antara tanda dan denotatumnya, dan interpretasinya, maka kita bergerak dalam kawasan semantik semiosis.
          Jika yang menjadi objek penelitian kita dalah hubungan antara tanda dan pemakaian tanda, maka kita memasuki bidang pragmatik semiosis.
9.  Simtom dan Sinyal
          Simtom ialah suatu tanda yang menunjukan benar adanya atau sesuai kenyataan. Sedangkan sinyal ialah tanda yang menunjukan ada arti lain atau maksud lain dari apa yang ada.
10.  Sistem Tanda
          Mendefinisikan sistem tanda secara tepat tidaklah mudah, yang terbaik adalah membiarkannya dalam garis besar demikian. Yang pasti, masalah itu berhubungan dengan seleksi tertentu dalam pengenalan tanda, jadi juga berhubungan dengan bagian materinya.
11.  Jalinan Tipe-tipe Tanda
          Setiap tanda memiliki bentuk dan warna yang berbeda-beda. Demikian pula dengan kedudukannya, contoh lampu lalu lintas merah, kuning, hijau pada lampu tersebut warna merah berarti larangan dan berkedudukan paling atas sehingga paling penting.
12.  Budaya, Ideologi
          Budaya dapat diartikan sebagai suatu keseluruhan kebiasaan semiotis yang saling terkait. Ideologi adalah keterkaitan sejumlah asumsi yang memungkinkan penggunaan tanda.
13.  Apakah Kegunaan Semiotika Itu ?
          Secara garis besar semiotika digunakan untuk menginterpretasikan tanda-tanda sehingga bisa ditarik kesimpulan tentang maksud tanda tersebut.
B.     Semiotik Sastra  
                 Fungsi semiotik dalam sastra, yaitu :
1.    Tanda dalam Teks Sastra
           Teks menggantikan sesuatu yang lain yakni kenyataan yang dipanggil yang fiksional. Teks adalah suatu tanda yang dibangun dari tanda-tanda lain yang lebih rendah yang memiliki sifat kebahasaan, dan lain-lain.
2.    Tanda dan Ground dalam Sastra
           Tanda-tanda yang membuat teks unik adalah sinsign. Sinsign ini dapat dicari dengan analisis kontrastif yaitu dengan membandingkannya dengan teks lain. Selain itu teks sastra juga merupakan legsign, sebab dianggap sebagai teks sastra berdasarkan kumpulan peraturan, suatu kode yang membuat teks-teks sastra tertentu berlawanan dengan yang lain.
           Sinsign Cheklhov mempunyai sifat khusus yang diperoleh dari suatu ground yang dihargai lebih tinggi daripada yang lain.
3.    Tanda dan Denotatum dalam Sastra
           Teks sastra mempunyai denotatum yaitu dunia yang dibentuk dengan kata-kata, dunia yang secara global disebut fiktif karena teks sastra telah diberikan indikasi fiksional, termasuk di dalamnya yang tidak referensial, yaitu tidak mengacu pada sesuatu yang nyata.
4.    Tanda-tanda Simbolis
           Tanda simbolis paling penting dalam teks sastra adalah tanda bahasa. Tanda bahasa adalah tanda yang dihubungkan dengan denotatum berdasarkan kesepakatan. Dalam teks sastra, retorika juga memberikan tanda-tanda simbolis. Suatu pengulangan misalnya dapat berarti ‘penekanan’ atau ‘emosi’.
5.    Tanda-tanda Indeksikal
           Teks sastra seakan-akan mempunyai indeksikalisasi lebih terang daripada teks diskursif yang simbolisitasnya justru lebih mencolok. Indeksikalitas dalam teks sastra, bila dibandingkan dengan teks uraian (penjelasan), berperan secara lebih halus dan sering secara tidak langsung.
           Dari dunia sastra yang diciptakan oleh teks sastra itu dapat dibuat tiga relasi :
a.     Dunia nyata (katakanlah, kenyataan historis)
b.    Satu dengan dunia pengarang
c.     Satu dengan dunia pembaca
6.    Tanda Ikonis
           Ada dua anggapan :
a.       Tanda-tanda ikonis merupakan tanda-tanda memikat
b.      Teks-teks sastra memiliki daya pikat lebih besar daripada yang lain
7.    Tanda dan Interpretan dalam Sastra
           Setiap interpretasi teks tercatat atau bagian-bagiannya adalah interpretant. Interpretasi itu pada gilirannya merupakan tanda, yakni tanda bahasa yang mana termasuk proses representasi dan interpretasi. Pertama memikirkan ekspresi bahasa yang melukiskan arti karya sastra yang dibahas. Menginterpretasikan terutama dianggap hampir sinonim dengan memahami, menjelaskan, menguraikan, mendalami. Meringkas adalah menyusun unsur-unsur teks yang kita anggap paling penting, paling berarti, secara teratur. Jadi meringkas juga merupakan interpretant teks.
C.       Bidang-bidang Penerapan Semiotika
                  Bidang penerapan semiotika sangat banyak, diantaranya :
1.      Arsitektur tata ruang
2.      Film
3.      Sandiwara
4.      Musik
5.      Kebudayaan
6.      Interaksi sosial
7.      Psikologi
8.      Media massa

BAB III
PENUTUP

A.       Kesimpulan
                  Makalah ini dapat disimpulkan bahwa dalam buku Semiotika:Art van Zoest:1993 berisi tentang faham semiotika Peirce. Kata semiotika berasal dari bahasa Yunani semeion, yang berarti tanda. Maka secara istilah semiotika berarti ilmu tanda. Semiotika adalah cabang ilmu yang berurusan dengan pengkajian tanda dan segala sesuatu yang berhubungan dengan tanda, seperti sistem tanda dan proses yang berlaku bagi pengguna tanda.
                  Pengertian dasar semiotika mencakup pengertian semiotika, pencipta semiotika ialah Peirce, pengertian tanda, tanda dan groundnya, tanda dan denotatum, tanda dan interpretentnya, tipologi tanda, sintaksis, semantik, pragmatik, simtom dan sinyal, sistem tanda, jalinan tipe-tipe tanda, budaya, ideologi dan kegunaan tanda.
                  Semiotika sastra mencakup tanda dalam teks sastra, tanda dan groundnya, tanda dan denotaum dalam sastra, tanda-tanda simbolis, tanda-tanda indeksikal, tanda-tanda ikonis, tanda dan interpretant di dalam sasrta.
                  Semiotika mempunyai bidang penerapan, diantaranya bidang arsitektur, film, sandiwara, musik, kebudayaan, interaksi sosial, psikologi, media massa.
B.       Saran
1.      Ilmu tentang tanda atau semiotika haruslah bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari karena merupakan system komunikasi manusia.
2.      Penerapan semiotika dalam keidupan sehari-hari sangat sering dijumpai, oleh karena itu kita harus mempelajari semiotika lebih dalam untuk lebih peka terhadap tanda-tanda di sekitar kita.




DAFTAR PUSTAKA

Zoest Art van, 1993. Semiotika, Jakarta: Yayasan sumber agung.