BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehidupan sehari-hari manusia
tidak pernah lepas dari tanda. Tanda secara tersirat maupun tersurat, dari alam
ataupun manusia itu sendiri. Sebuah cerita mengisahkan tentang Absalom yang
terbunuh karena ia tidak bisa menghindari musuhnya, Joab, ketika rambutnya yang
lebat tersangkut pohon. Dalam cerita W.F Hermans Lotti Fuehrscheim dikatakan,
bahwa seandainya Absalom tahu namanya mirip dengan kata Belanda ‘kapsalon’,
mungkin ia tidak terlambat untuk memotong rambutnya dan terlepas dari nasib buruk
itu. Ini bukan hanya lelucon, Absalom dapat menafsirkan namanya sebagai tanda,
kalau saja ia hidup di zaman dan kawasan bahasa lain. Dalam pikiran tersebut
tersisip visi pesimistis Hermans mengenai hubungan manusia dengan universum
tempat hidupnya. Universum adalah khaos yang mungkin saja menghadapkan manusia
dengan tanda-tanda petunjuk nasib tetapi manusia tidak memiliki kemampuan untuk
mengenali dan menginterpretasikannya. Yang menyedihkan menurut Hermans, adalah
bahwa manusia harus menelusuri suatu jalan, tetapi tanpa diberitahukan
bagaimana caranya.
Penulis Prancis Michel Butor
beranggapan bahwa masalah manusia adalah mencari arti dari yang tidak mempunyai
arti. Manusia dengan pelantara tanda-tanda dapat melakukan komunikasi dengan
sesamanya. Semiotika (ilmu tanda) adalah nama cabang ilmu yang berurusan dengan
tanda.
B. Rumusan masalah
Makalah
ini akan mengkaji mengenai tanda, sesuai dengan buku Semiotika: Aart van
Zoest:1993 yaitu :
1.
Apa semiotika itu ?
2.
Bagaimana pengertian
dasar itu dapat diterapkan dalam studi sastra ?
3.
Apa bidang terapan semiotika yang lain ?
C. Tujuan
Makalah
ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui pengertian dasar semiotika
2. Mengetahui bagaimana pengertian dasar itu dapat diterapkan
dalam studi sastra
3. Mengetahui beberapa bidang terapan semiotika yang lain
D. Manfaat
Makalah
ini bermanfaat untuk :
1. Dapat memberikan gambaran tentang pengertian dasar semiotika
2. Dapat mengerti penerapan semiotika dalam studi sastra
3. Dapat mengetahui beberapa bidang terapan semiotika yang lain
4. Memenuhi tugas mata kuliah Teori Sartra
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Dasar
1.
Apakah Semiotika itu ?
Kata semiotika berasal dari bahasa
Yunani semeion, yang berarti tanda.
Maka secara istilah semiotika berarti ilmu tanda. Semiotika adalah cabang ilmu
yang berurusan dengan pengkajian tanda dan segala sesuatu yang berhubungan
dengan tanda, seperti sistem tanda dan proses yang berlaku bagi pengguna tanda.
Menurut F. de Saussure (1857-1913) bahasa
harus dipelajari sebagai suatu sistem tanda, tetapi iapun menegaskan bahwa
tanda bahasa bukanlah satu-satunya tanda. Atas dasar itulah muncul
pemikirannya, bahwa ilmu bahasa, yang dianggap sebagai studi mengenai jenis
tanda tertentu, mestinya mendapatkan tempat di dalam ilmu tanda. Menciptakan
tanda bukanlah urusannya, tetapi ia telah memikirkan sebuah nama untuknya,
yakni, ‘semiologi’. Peirce menggunakan kata ‘semiotika’, dan mereka yang
bergabung dengan Saussure menggunakan ‘semiologi’.
Semiotika terdiri atas dua aliran
utama :
a.
Peirce, ia tidak mengambil
contoh dari ilmu bahasa
b.
Saussure, ia menganggap
ilmu bahasa sebagai pemandu, guru, atau pengajar
Semiotika yang mempelajari
masalah-masalah, katakanlah, tanda tanpa disengaja dan konotasi dapat disebut
semiotika konotatif. Kemudian muncul semiotika ekspansif, aliran ini terutama
dijelmakan oleh Julia Kristeva, cirinya ialah adanya sasaran akhir untuk kelak
mengambil alih kedudukan filsafat. Dalam semiotika jenis ini pengertian tanda
kehilangan tempat sentralnya, sering disebut ilmu total baru.
Di Italia babak semiotika didominasi
oleh Umberto Eco. Ia bertolak dari pandangan Peirce, mendorong penelitian
semiotika dalam berbagai bidang seperti seni lukis, arsitektur, unsur
kemasyarakatan, dan juga sastra.
R. Jakobson membuat ikhtisar
aliran-aliran semiotika, yaitu formalisme Rusia dan strukturalisme Praha.
2. Peirce
Charles Sander Peirce (1839-1914)
adalah seorang filosof Amerika yang paling orisinal dan multisimensional.
Filsafatnya dikenal dengan sebutan “pragmatisme”. Peirce kecuali filsuf, adalah
seorang ahli logika. Menurut peirce, tugas seorang ahli logika adalah memahami
bagaimana manusia bernalar (penalaran itu sendiri dapat diserahkan pada ilmu
pasti). Peirce sampai pada keyakinannya bahwa manusia berpikir dalam tanda, karenalah
ia menciptakan ilmu tentang tanda. ‘Semiotika’,
baginya sinonim dan ‘logika’.
Bagi Peirce fungsi esensial tanda
adalah membuat sesuatu efisien, baik dalam komunikasi kita dengan orang lain ,
maupun dalam pemikiran dan pemahaman kita tentang dunia. Uraian tersebut ditulis
Peirce dalam surat kepada Lady Welby (12 Oktober 1904).
3. Apakah tanda itu ?
Pertama,
tanda harus diamati agar berfungsi sebagai tanda. Kata menjadi sebuah tanda
apabila ‘menunjuk pada’, ’menggantikan’, ‘mewakili’, dan ‘menyajikan’. Tanda
secara mutlak mempunyai sifat representatif. Sifat representatif dari tanda
mempunyai hubungan langsung dengan sifat interpretatif. Terdapat tiga unsur yang menentukan tanda:
a.
Tanda yang dapat
ditangkap itu sendiri
b.
Tanda yang ditujukannya
c.
Tanda baru dalam benak
penerima tanda
Antara tanda
dan yang ditujukannya terdapat relasi, tanda mempunyai sifat representatif.
Tanda dan representasi mengarahkan pada interpretasi, tanda mempunyai sifat
interpretatif.
Proses tanda adalah memfungsikan
hubungan rangkap tiga, yang tidak dapat dikurangi menjadi hubungan rangkap dua
( tidak dalam kenyataan, tapi bisa dalam penggambaran) dan dalam hubungan ini
representasi lebih fundamental ketimbang interpretasi. Hasil representasi
disebut donatatum atau repsentatum.
Ciri terakhir tanda yaitu sesuatu
hanya dapat merupakan tanda atas dasar satu dan lain. Pengetahuan tentang kode membuat kita
menganggap dan menginterpretasikan tanda itu sebagai tanda. Kode yang dimaksud
adalah kode bahasa, meskipun tidak selalu demikian. Tanda-tanda sering kali berfungsi tanpa kode.
4. Tanda dan Groundnya
Peirce
membagi tanda berdasarkan sifat Ground :
a.
Qualisigns : tanda-tanda yang merupakan tanda
berdasarkan suatu sifat.
b.
Sinsigns : tanda-tanda yang merupakan tanda atas
dasar tampilannya dalam kenyataan.
c.
Legisigns : tanda-tanda yang merupakan tanda atas
dasar suatu peraturan yang berlaku umum, sebuah konvensi, sebuah kode.
5. Tanda dan Denotatum
Denotatum
adalah istilah yang dipergunakan untuk menandakan unsur kenyataan yang ditunjuk
oleh tanda. Denotatum adalah sebuah himpunan atau kelas dari designata. Situasi
menentukan penunjukan denotatum dan interpretan pada penggunaan tanda-tanda
bahasa.
Peirce
membedakan tiga macam tanda menurut sifat penghubungan tanda dan denotatum :
a. Ikon (ikonis) : tanda yang sedemikian rupa sebagai kemungkinan,
tanpa tergantung pada adanya sebuah denotatum, tetapi dapat dikaitkan dengannya
atas dasar suatu persamaan yang secara potensial dimilikinya. Tanda ikonis
adalah tanda yang menggambarkan yang bersandar pada suatu persamaan dengan sesuatu
yang telah dikenal.
b. Indeks : sebuah tanda yang dalam hal corak tandanya
tergantung dari adanya denotatum. Tanda indeksikal adalah tanda-tanda yang
menunjuk.
c. Lambang ( simbol ) : tanda yang hubungan antara tanda dan
denotatumnya ditentukan oleh suatu peraturan yang berlaku umum. Tanda simbolis
adalah tanda lewat perjanjian.
6. Tanda dan Interpretantnya
Peirce
membedakan macam interpretasi menjadi tiga :
a. Rheme : dapat diartikan sebagai suatu kemungkinan denotatum.
b. Dicisign : tanda menawarkan hubungan yang benar ada di antara tanda
denotatum.
c.
Argument:
interpretasi dengan arti umum.
7. Sebuah Tipologi Tanda
Sepuluh
kelas tanda menurut Aart van Zoest :
a. Sebuah Qualisign
b. Sebuah sinsign ikonis
c. Sinsign indeksikal rhematis
d. Sebuah sinsign sicent
e. Sebuah legisign ikonis
f. Sebuah legisign indeksikal rhematis
g. Sebuah legisign indeksikal dicent
h. Sebuah simbol rhematis
i. Sebuah simbol dicent
j. Sebuah argument
8. Sintaksis, Semantik, dan Pragmatik
Studi
tentang relasi yang tertuju pada pencarian peraturan yang pada dasarnya berfungsi
secara bersama-sama, ini disebut sintaksis
semiotis.
Kalau
penelitian kita tertuju pada hubungan antara tanda dan denotatumnya, dan
interpretasinya, maka kita bergerak dalam kawasan semantik semiosis.
Jika
yang menjadi objek penelitian kita dalah hubungan antara tanda dan pemakaian
tanda, maka kita memasuki bidang pragmatik
semiosis.
9. Simtom dan Sinyal
Simtom
ialah suatu tanda yang menunjukan benar adanya atau sesuai kenyataan. Sedangkan
sinyal ialah tanda yang menunjukan ada arti lain atau maksud lain dari apa yang
ada.
10. Sistem Tanda
Mendefinisikan
sistem tanda secara tepat tidaklah mudah, yang terbaik adalah membiarkannya
dalam garis besar demikian. Yang pasti, masalah itu berhubungan dengan seleksi
tertentu dalam pengenalan tanda, jadi juga berhubungan dengan bagian materinya.
11. Jalinan Tipe-tipe Tanda
Setiap
tanda memiliki bentuk dan warna yang berbeda-beda. Demikian pula dengan
kedudukannya, contoh lampu lalu lintas merah, kuning, hijau pada lampu tersebut
warna merah berarti larangan dan berkedudukan paling atas sehingga paling
penting.
12. Budaya, Ideologi
Budaya
dapat diartikan sebagai suatu keseluruhan kebiasaan semiotis yang saling
terkait. Ideologi adalah keterkaitan sejumlah asumsi yang memungkinkan
penggunaan tanda.
13. Apakah Kegunaan Semiotika Itu ?
Secara
garis besar semiotika digunakan untuk menginterpretasikan tanda-tanda sehingga
bisa ditarik kesimpulan tentang maksud tanda tersebut.
B.
Semiotik Sastra
Fungsi semiotik dalam sastra, yaitu :
1. Tanda dalam Teks Sastra
Teks
menggantikan sesuatu yang lain yakni kenyataan yang dipanggil yang fiksional.
Teks adalah suatu tanda yang dibangun dari tanda-tanda lain yang lebih rendah
yang memiliki sifat kebahasaan, dan lain-lain.
2. Tanda dan Ground dalam Sastra
Tanda-tanda
yang membuat teks unik adalah sinsign. Sinsign ini dapat dicari dengan analisis
kontrastif yaitu dengan membandingkannya dengan teks lain. Selain itu teks
sastra juga merupakan legsign, sebab dianggap sebagai teks sastra berdasarkan
kumpulan peraturan, suatu kode yang membuat teks-teks sastra tertentu
berlawanan dengan yang lain.
Sinsign
Cheklhov mempunyai sifat khusus yang diperoleh dari suatu ground yang dihargai
lebih tinggi daripada yang lain.
3. Tanda dan Denotatum dalam Sastra
Teks
sastra mempunyai denotatum yaitu dunia yang dibentuk dengan kata-kata, dunia
yang secara global disebut fiktif karena teks sastra telah diberikan indikasi
fiksional, termasuk di dalamnya yang tidak referensial, yaitu tidak mengacu
pada sesuatu yang nyata.
4. Tanda-tanda Simbolis
Tanda
simbolis paling penting dalam teks sastra adalah tanda bahasa. Tanda bahasa
adalah tanda yang dihubungkan dengan denotatum berdasarkan kesepakatan. Dalam
teks sastra, retorika juga memberikan tanda-tanda simbolis. Suatu pengulangan
misalnya dapat berarti ‘penekanan’ atau ‘emosi’.
5. Tanda-tanda Indeksikal
Teks
sastra seakan-akan mempunyai indeksikalisasi lebih terang daripada teks
diskursif yang simbolisitasnya justru lebih mencolok. Indeksikalitas dalam teks
sastra, bila dibandingkan dengan teks uraian (penjelasan), berperan secara
lebih halus dan sering secara tidak langsung.
Dari
dunia sastra yang diciptakan oleh teks sastra itu dapat dibuat tiga relasi :
a.
Dunia
nyata (katakanlah, kenyataan historis)
b. Satu dengan dunia pengarang
c. Satu dengan dunia pembaca
6. Tanda Ikonis
Ada dua anggapan :
a.
Tanda-tanda
ikonis merupakan tanda-tanda memikat
b.
Teks-teks
sastra memiliki daya pikat lebih besar daripada yang lain
7. Tanda dan Interpretan dalam Sastra
Setiap
interpretasi teks tercatat atau bagian-bagiannya adalah interpretant.
Interpretasi itu pada gilirannya merupakan tanda, yakni tanda bahasa yang mana
termasuk proses representasi dan interpretasi. Pertama memikirkan ekspresi bahasa yang melukiskan arti
karya sastra yang dibahas. Menginterpretasikan terutama dianggap hampir sinonim
dengan memahami, menjelaskan, menguraikan, mendalami. Meringkas adalah menyusun
unsur-unsur teks yang kita anggap paling penting, paling berarti, secara
teratur. Jadi meringkas juga
merupakan interpretant teks.
C.
Bidang-bidang Penerapan Semiotika
Bidang penerapan semiotika sangat banyak, diantaranya :
1.
Arsitektur tata ruang
2.
Film
3.
Sandiwara
4.
Musik
|
5.
Kebudayaan
6.
Interaksi sosial
7.
Psikologi
8.
Media massa
|
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Makalah ini dapat disimpulkan bahwa dalam buku
Semiotika:Art van Zoest:1993 berisi tentang faham semiotika Peirce. Kata
semiotika berasal dari bahasa Yunani semeion,
yang berarti tanda. Maka secara istilah semiotika berarti ilmu tanda. Semiotika
adalah cabang ilmu yang berurusan dengan pengkajian tanda dan segala sesuatu
yang berhubungan dengan tanda, seperti sistem tanda dan proses yang berlaku
bagi pengguna tanda.
Pengertian dasar semiotika
mencakup pengertian semiotika, pencipta semiotika ialah Peirce, pengertian
tanda, tanda dan groundnya, tanda dan denotatum, tanda dan interpretentnya,
tipologi tanda, sintaksis, semantik, pragmatik, simtom dan sinyal, sistem
tanda, jalinan tipe-tipe tanda, budaya, ideologi dan kegunaan tanda.
Semiotika sastra mencakup
tanda dalam teks sastra, tanda dan groundnya, tanda dan denotaum dalam sastra,
tanda-tanda simbolis, tanda-tanda indeksikal, tanda-tanda ikonis, tanda dan
interpretant di dalam sasrta.
Semiotika mempunyai bidang
penerapan, diantaranya bidang arsitektur, film, sandiwara, musik, kebudayaan,
interaksi sosial, psikologi, media massa.
B.
Saran
1.
Ilmu
tentang tanda atau semiotika haruslah bisa diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari karena merupakan system komunikasi manusia.
2.
Penerapan
semiotika dalam keidupan sehari-hari sangat sering dijumpai, oleh karena itu
kita harus mempelajari semiotika lebih dalam untuk lebih peka terhadap
tanda-tanda di sekitar kita.
DAFTAR
PUSTAKA
Zoest Art van, 1993. Semiotika, Jakarta: Yayasan sumber agung.
7 Maret 2017 pukul 19.38
mohon maaf, apakah boleh saya mengopy buku ini karena saya sangat membutuhkan untuk penelitian saya