TUGAS MATA KULIAH
ILMU ALAMIAH DASAR
MEMAHAMI DAN MEMILIKI WAWASAN TENTANG
ISU LINGKUNGAN
DOSEN PENGAMPU AAN SOFYAN
KELOMPOK 10
1. CRHISMEINA TULUS ASTUTI A310120226
2. MISTINURASIH A310120227
3. LAILA FITRI NUR HIDAYAH A310120229
KELAS 2E
PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA DAN
SASTRA DAERAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013
KATA
PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
karena atas segala ni’mat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Memahami dan Memiliki
Wawasan tentang Isu Lingkungan”. Salawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW, yang menjadi tauladan bagi kita semua.
Selesainya makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak dan penulis hanya dapat mengucapkan terimakasih atas pengarahnya. Penulis berharap semoga segala bantuan yang telah
diberikan kepada penulis mendapatkan balasan dari Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa
dalam makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Kritik dan sara penulis butuhkan untuk
menjadi lebih baik. Semoga makalah yang sederhana ini mampu memberi manfaat bagi penulis dan teman-teman PBSID lainnya. Terimakasih
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi sekarang ini berlangsung sangat cepat. Banyak komponen kehidupan
manusia yang tidak dapat terlepas dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seperti
sandang, pangan, dan papan. Manusia sekarang ini hampir tidak dapat hidup tanpa
teknologi. Teknologi dapat dengan mudah dijumpai di belahan bumi manapun dan
usia berapapun, dapat dipastikan teknologi sudah menjadi kebutuhan pokok
manusia pada zaman sekarang ini. Namun, ilmu pengetahuan yang dimiliki manusia
untuk menciptakan teknologi canggih tersebut, sebagian besar diambil dari alam.
Pemanfaatan teknologi dari alam oleh
manusia yang berlebihan dapat merusak keseimbangan ekosistem dan mengakibatkan
kerugian bagi manusia dan alam. Manusia mengekspoitasi alam sebanyak-banyaknya
tetapi tidak memperbaikinya. Hal tersebutlah yang menyebabkan berbagai masalah
muncul. Masalah yang muncul dari kerusakan alam antara lain pemanasan global,
keracunan zat adiktif, banjir, kerusakan hutan, sampah, dan banjir lumpur
lapindo di Indonesia. Oleh karena itu, kami akan mengkaji masalah tersebut
dalam makalah yang berjudul “Memahami dan Memiliki Wawasan tentang
Isu Lingkungan”.
B. RUMUSAN MASALAH
Makalah yang
berjudul “Memahami
dan Memiliki Wawasan tentang Isu Lingkungan” ini akan mengkaji tentang :
1.
Bagaimana pengaruh manusia dalam lingkungan
?
2.
Bagaimana memahami isu lingkungan global ?
3.
Bagaimana memahami isu lingkungan nasional ?
4.
Bagaimana memahami isu lingkungan lokal ?
C. Tujuan
Makalah yang
berjudul “Memahami
dan Memiliki Wawasan tentang Isu Lingkungan” ini bertujuan untuk :
1.
Memahami pengaruh manusia dalam lingkungan
2.
Memahami dan memiliki wawasan tentang isu lingkungan global
3.
Memahami dan memiliki wawasan tentang isu lingkungan nasional
4.
Memahami dan memiliki wawasan tentang isu lingkungan lokal
BAB
III
PEMBAHASAN
- Pengaruh Manusia dalam Lingkungan
Manusia dengan
pengetahuannya mampu mengubah keadaan
lingkungan sehingga meguntungkan dirinya, untuk memenuhi kebutuhannya. Awalnya
perubahan itu dalam lingkungan yang kecil dan pengaruhnya sangat terbatas. Pada
zaman Neolitikum kira-kira 12.000 tahun yang lalu, nenek moyang kita dari
berburu kemudian memelihara hewan buruannya. Dari manusia pemburu berubah
menjadi manusia pemelihara, dari manusia nomadis berubah menjadi manusia
menetap. Mulailah berkembang cara bercocok tanam. Ekosistem sekarang ini dalah
ekosistem baru yang diciptakan manusia, sesuai dengan kebutuhan manusia. Dengan
ilmu pengetahuan dan teknologi, kemampuan manusia untuk mengubah lingkungan
semakin besar. Sehingga, manusia ingin menguasai alam. Alam yang awalnya tetap
dapat mempertahankan keseimbangan sekarang keseimbangan itu hilang dan timbul
kerusakan di mana-mana karena, ulah tangan manusia. (Maskoeri Jasin, 1988:132)
Berbagai kerusakan ditimbulkan
manusia, sekarang ini banyak manusia yang menyadari pentingnya alam untuk
kelangsungan hidup mereka. Perlahan manusia memperbaiki alam yang telah rusak
dan mengurangi hal-hal yang merugikan alam. Manusia melakukan upaya
penyelamatan hutan dan makhluk hidup lain yang menggantungkan kehidupannya pada
alam. Namun, banyak pula manusia yang terus mencemari alam tanpa memikirkan
resiko yang ditimbulkan ke depan. Mengembalikan keseimbangan alam merupakan
pekerjaaan yang sulit dan selalu menginginkan terciptanya lingkungan hidup
seperti yang diharapkan.
- Isu Lingkungan Global
Masalah yang
dialami bumi sekarang ini adalah pemansan global. Menurut tim IAD MKU UMS, TIM
MUP (2008:150), pemanasan global adalah peningkatan suhu bumi, yang meliputi
peningkatan suhu atmosfer, hidrosfer, dan suhu lithosfer. Gambar 1 (www.id.wikipedia.org)
Gambar 1
Perkembangan
Pemanasan Global
Pemanasan global terjadi akibat meningkatnya
gas sulfur dioksida dan gas-gas rumah kaca, seperti CO2 akibat
dari pembakaran bahan bakar fosil. Proses pemanasan global ini terjadi ketika
radiasi dari sinar matahari akan masuk ke bumi. Radiasi dari sinar matahari
tersebut akan sampai bumi dan menghangatkan bumi. Sebagian dari radiasi
matahari akan diserap oleh bumi, dan sebagian bumi akan memantulkan kembali ke
angkasa. Jika atmosfer bumi penuh dengan gas-gas rumah kaca maka panas dari
bumi tidak dapat diteruskan ke angkasa. Akibatnya, panas kembali ke bumi.
Gambar 2 (www.id.wikipedia.org)
Gambar 2
Efek
rumah kaca
Adanya
pemanasan global menyebabkan banyak pengaruh pada kehidupan yang ada di bumi.
Beberapa akibat dari pemanasan global adalah sebagai berikut (http://www.id.wikipedia.org).
1. Iklim Mulai Tidak Stabil
Para ilmuwan memperkirakan bahwa selama pemanasan global, daerah bagian
Utara dari belahan Bumi Utara (Northern Hemisphere) akan memanas lebih dari
daerah-daerah lain di Bumi. Akibatnya, gunung-gunung es akan mencair dan
daratan akan mengecil. Akan lebih sedikit es yang terapung di perairan Utara
tersebut. Daerah-daerah yang sebelumnya mengalami salju ringan, mungkin tidak
akan mengalaminya lagi. Pada pegunungan di daerah subtropis, bagian yang
ditutupi salju akan semakin sedikit serta akan lebih cepat mencair. Musim tanam
akan lebih panjang di beberapa area. Suhu pada musim
dingin dan malam hari akan cenderung untuk meningkat.
Daerah hangat akan menjadi lebih lembap karena lebih banyak air yang
menguap dari lautan. Para ilmuwan belum begitu yakin apakah kelembapan
tersebut malah akan meningkatkan atau menurunkan pemanasan yang lebih jauh
lagi. Hal ini disebabkan karena uap air merupakan gas
rumah kaca. Sehingga, keberadaannya akan meningkatkan efek insulasi pada
atmosfer. Akan tetapi, uap air yang lebih banyak juga akan membentuk awan yang
lebih banyak, akibatnya akan memantulkan cahaya Matahari kembali ke angkasa
luar, di mana
hal ini akan menurunkan proses pemanasan. Kelembapan yang tinggi akan
meningkatkan curah hujan, secara rata-rata, sekitar 1 persen untuk setiap
derajat Fahrenheit pemanasan. Curah hujan di seluruh dunia telah meningkat
sebesar 1 persen dalam seratus tahun terakhir ini. Badai akan menjadi
lebih sering. Selain itu, air akan lebih cepat menguap dari tanah. Akibatnya,
beberapa daerah akan menjadi lebih kering dari sebelumnya. Angin akan bertiup
lebih kencang dan mungkin dengan pola yang berbeda. Topan badai (hurricane)
yang memperoleh kekuatannya dari penguapan air, akan menjadi lebih besar.
Berlawanan dengan pemanasan yang terjadi, beberapa periode yang sangat dingin
mungkin akan terjadi. Pola cuaca menjadi tidak terprediksi dan lebih ekstrem.
2. Peningkatan Permukaan Laut
Perubahan tinggi rata-rata muka laut
diukur dari daerah dengan lingkungan yang stabil secara geologi. Ketika
atmosfer menghangat, lapisan permukaan lautan juga akan menghangat, sehingga
volumenya akan membesar dan menaikkan tinggi permukaan laut. Pemanasan juga
akan mencairkan banyak es di kutub, terutama sekitar Greenland,
yang lebih memperbanyak volume air di laut. Tinggi muka laut di seluruh dunia
telah meningkat 10 – 25 cm (4 - 10 inchi) selama abad ke-20, dan para
ilmuwan IPCC memprediksi peningkatan lebih lanjut 9 – 88 cm (4 - 35 inchi)
pada abad ke-21.
Perubahan tinggi muka laut akan sangat memengaruhi kehidupan di daerah
pantai. Kenaikan 100 cm (40 inchi) akan menenggelamkan 6 persen daerah Belanda, 17,5
persen daerah Bangladesh, dan banyak pulau-pulau. Erosi dari tebing,
pantai, dan bukit pasir akan meningkat. Ketika tinggi lautan mencapai muara
sungai, banjir akibat air pasang akan meningkat di daratan. Negara-negara kaya
akan menghabiskan dana yang sangat besar untuk melindungi daerah pantainya,
sedangkan negara-negara miskin mungkin hanya dapat melakukan evakuasi dari
daerah pantai.
Bahkan sedikit kenaikan tinggi muka laut akan sangat memengaruhi
ekosistem pantai. Kenaikan 50 cm (20 inchi) akan menenggelamkan separuh
dari rawa-rawa pantai di Amerika Serikat. Rawa-rawa baru juga akan
terbentuk, tetapi tidak di area perkotaan dan daerah yang sudah dibangun.
Kenaikan muka laut ini akan menutupi sebagian besar dari Florida Everglades.
3. Suhu Global Cenderung Meningkat
Orang mungkin beranggapan bahwa Bumi yang hangat akan menghasilkan lebih
banyak makanan dari sebelumnya, tetapi hal ini sebenarnya tidak sama di
beberapa tempat. Bagian Selatan Kanada, sebagai contoh, mungkin akan mendapat keuntungan dari
lebih tingginya curah hujan dan lebih lamanya masa tanam. Di lain pihak, lahan
pertanian tropis semi kering di beberapa bagian Afrika mungkin
tidak dapat tumbuh. Daerah pertanian gurun yang menggunakan air irigasi dari
gunung-gunung yang jauh dapat menderita jika snowpack (kumpulan salju) musim
dingin, yang berfungsi sebagai reservoir alami, akan mencair sebelum puncak
bulan-bulan masa tanam. Tanaman pangan dan hutan dapat mengalami serangan
serangga dan penyakit yang lebih hebat.
4. Gangguan ekologis
Hewan dan tumbuhan menjadi makhluk hidup yang sulit menghindar dari efek
pemanasan ini karena sebagian besar lahan telah dikuasai manusia. Dalam
pemanasan global, hewan cenderung untuk bermigrasi ke arah kutub atau ke atas
pegunungan. Tumbuhan akan mengubah arah pertumbuhannya, mencari daerah baru
karena habitat
lamanya menjadi terlalu hangat. Akan tetapi, pembangunan manusia akan menghalangi
perpindahan ini. Spesies-spesies yang bermigrasi ke utara atau selatan yang
terhalangi oleh kota-kota atau lahan-lahan pertanian mungkin akan mati.
Beberapa tipe spesies yang tidak mampu secara cepat berpindah menuju kutub
mungkin juga akan musnah.
5. Dampak sosial dan politik
Perubahan cuaca dan lautan dapat mengakibatkan munculnya
penyakit-penyakit yang berhubungan dengan panas (heat stroke) dan kematian.
Temperatur yang panas juga dapat menyebabkan gagal panen sehingga akan muncul
kelaparan dan malnutrisi. Perubahan cuaca yang ekstrem dan peningkatan
permukaan air laut akibat mencairnya es di kutub utara dapat menyebabkan
penyakit-penyakit yang berhubungan dengan bencana alam (banjir, badai dan
kebakaran) dan kematian akibat trauma. Timbulnya bencana alam biasanya disertai
dengan perpindahan penduduk ke tempat-tempat pengungsian dimana sering
muncul penyakit, seperti: diare, malnutrisi, defisiensi
mikronutrien, trauma psikologis, penyakit kulit, dan lain-lain.
6. Dampak Terhadap Kesehatan Manusia
Pergeseran ekosistem dapat memberi dampak pada penyebaran penyakit
melalui air (Waterborne diseases)
maupun penyebaran penyakit melalui vektor (vector-borne diseases). Seperti meningkatnya kejadian Demam Berdarah karena
munculnya ruang (ekosistem) baru untuk nyamuk ini berkembang biak. Dengan
adanya perubahan iklim ini, maka ada beberapa spesies vektor penyakit (eq Aedes
aegypti), Virus, bakteri, plasmodium menjadi lebih resisten terhadap obat
tertentu yang targetnya adalah organisme tersebut. Selain itu bisa diprediksikan
bahwa ada beberapa spesies yang secara alamiah akan terseleksi ataupun punah
dikarenakan perubahan ekosistem yang ekstrem ini. Hal ini juga akan berdampak
perubahan iklim (Climate change) yang bisa berdampak kepada peningkatan kasus
penyakit tertentu seperti ISPA (kemarau panjang/kebakaran hutan, DBD Kaitan
dengan musim hujan tidak menentu)
Gradasi Lingkungan yang disebabkan oleh pencemaran limbah pada sungai
juga berkontribusi pada waterborne diseases dan vector-borne disease. Ditambah
pula dengan polusi udara hasil emisi gas-gas pabrik yang tidak terkontrol
selanjutnya akan berkontribusi terhadap penyakit-penyakit saluran pernapasan
seperti asma, alergi, coccidiodomycosis,
penyakit jantung dan paru kronis, dan lain-lain.
7. Perdebatan tentang Pemanasan Global
Tidak semua ilmuwan setuju tentang keadaan dan akibat dari pemanasan
global. Beberapa pengamat masih mempertanyakan apakah suhu benar-benar
meningkat. Yang lainnya mengakui perubahan yang telah terjadi tetapi tetap
membantah bahwa masih terlalu dini untuk membuat prediksi tentang keadaan pada
masa depan. Kritikan seperti ini juga dapat membantah bukti-bukti yang
menunjukkan kontribusi manusia terhadap pemanasan global dengan berargumen
bahwa siklus alami dapat juga meningkatkan suhu. Mereka juga menunjukkan fakta-fakta
bahwa pemanasan berkelanjutan dapat menguntungkan di beberapa daerah.
Para ilmuwan yang mempertanyakan pemanasan global cenderung menunjukkan
tiga perbedaan yang masih dipertanyakan antara prediksi model pemanasan global
dengan perilaku sebenarnya yang terjadi pada iklim. Pertama, pemanasan
cenderung berhenti selama tiga dekade pada pertengahan abad ke-20, bahkan ada
masa pendinginan sebelum naik kembali pada tahun 1970-an. Kedua, jumlah total
pemanasan selama abad ke-20 hanya separuh dari yang diprediksi oleh model.
Ketiga, troposfer,
lapisan atmosfer terendah, tidak memanas secepat prediksi model. Akan tetapi,
pendukung adanya pemanasan global yakin dapat menjawab dua dari tiga pertanyaan
tersebut.
Kurangnya pemanasan pada pertengahan abad disebabkan oleh besarnya polusi
udara yang menyebarkan partikulat-partikulat, terutama sulfat, ke
atmosfer. Partikulat ini, juga dikenal sebagai aerosol,
memantulkan sebagian sinar Matahari kembali ke angkasa luar. Pemanasan
berkelanjutan akhirnya mengatasi efek ini, sebagian lagi karena adanya kontrol
terhadap polusi yang menyebabkan udara menjadi lebih bersih. Keadaan pemanasan
global sejak 1900 yang ternyata tidak seperti yang diprediksi disebabkan
penyerapan panas secara besar oleh lautan. Para ilmuwan telah lama memprediksi
hal ini tetapi tidak memiliki cukup data untuk membuktikannya. Pada tahun 2000,
U.S. National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) memberikan hasil
analisis baru tentang suhu air yang diukur oleh para pengamat di seluruh dunia
selama 50 tahun terakhir. Hasil pengukuran tersebut memperlihatkan adanya
kecenderungan pemanasan. Suhu laut dunia pada tahun 1998 lebih tinggi 0,2
derajat Celsius (0,3 derajat Fahrenheit) daripada suhu rata-rata 50 tahun
terakhir, ada sedikit perubahan tetapi cukup berarti.
Pertanyaan ketiga masih membingungkan. Satelit mendeteksi lebih sedikit
pemanasan di troposfer dibandingkan prediksi model. Menurut beberapa kritikus,
pembacaan atmosfer tersebut benar, sedangkan pengukuran atmosfer dari permukaan
Bumi tidak dapat dipercaya. Pada bulan Januari 2000, sebuah panel yang ditunjuk
oleh National Academy of Sciences untuk membahas masalah ini mengakui bahwa
pemanasan permukaan Bumi tidak dapat diragukan lagi. Akan tetapi, pengukuran
troposfer yang lebih rendah dari prediksi model tidak dapat dijelaskan secara
jelas.
Upaya untuk mengurangi pemanasan global, antara lain:
1. Menanam pohon, karena pohon berperan besar dalam mengurangi
pemanasan global karena pohon dalam foto sintesis pada siang hari menyerap CO2 dan menghasilkan O2. Sehingga dapat megurangi
kandungan karbondioksida di udara yang dapat memicu menipisnya ozon dan terjadi
pemanasan global.
2. Menghijaukan hutan yang telah gundul, karena sekarang ini banyak
pembalakan liar yang menyebabkan penggundulan hutan.
3. Melakukan efisiensi pada penggunaann bahan bakar fosil. Selain
dapat menyebabkan terjadinya pemanasan global, eksploitasi yang berlebihan pada
bahan bakar fosil juga akan menyebabkan kelangkaan pada bahan bakar fosil
tersebut, kerena bahanbakar fosil tidak dapat diperbarui.
4. Mencari alternatif energi lain yang lebih ramah lingkungan dan
harganya terjangkau oleh masyarakat luas.
C. Isu Lingkungan Nasional
Di negara Indonesia banyak terjadi perusakan lingkungan yang
mengakibatkan tidak seimbangnya ekosistem di alam. Menurut TIM IAD MIKU &
TIM MUP (2012:155), ada beberapa isu lingkungan nasional, diantaranya :
1.
Banjir
Banjir
merupakan suatu peristiwa terbenamnya daratan (yang pada keadaan normal kering)
karena meningkatnya volume air. Banjir dapat disebabkan oleh beberapa hal,
diantaranya akibat pemanasan global, yaitu dapat meningkatkan tinggi permukaan
air laut, sehingga beberapa daerah di pesisir pantai akan terkena luapan air
tersebut. Selain itu banjir juga disebabkan karena meningkatnya curah hujan dan
tidak adanya saluran air yang baik dan cukup untuk menampung air hujan. Banjir
juga dapat disebabkan karena peluapan air sungai akibat meningkatnya curah
hujan atau karena sebab lain, seperti
pecahnya bendungan sungai. Banjir yang banyak melanda kota-kota besar biasanya
disebabkan karena kurangnya kesadaran masyarakat yang membuanga sampah ke
sungai atau saluran air lain. Banjir juga disebabkan oleh kurangnya resapan air
karena tanah telah tertutup bangunan. Banjir menyebabkan kerugian pada segi perekonomian,
kesehatan, dan lingkungan.
2.
Kerusakan hutan di Indonesia
Hutan di
Indonesia banyak berkurang dan yang masih ada banyak mengalami kerusakan.
Penyebab kerusaan hutan paling besar karena ulah manusia. Manusia melakukan
eksploitasi dari hutan secara berlebihan dan mengabaikan segi ekologisnya.
Faktor alam yang merusak hutan salah satunya adalah kebakaran hutan. Kebakaran
hutan ini dipicu oleh musim kemarau yang panjang maupun pemanasan global.
3.
Sampah
Manusia
sebagai konsumen setiap harinya menghasilkan sampah/limbah. Libah yang
dihasilkan berupa organik dan anorganik. Sampah anorganik dihasilkan dari rumah
tangga maupun industri. Sampah merupakan masalah sosial yang dapat menyebabkan
konflik. Di Indonesia masalah sampah kurang mendapat penanganan yang baik.
4.
Banjir lumpur panas di Sidoarjo
Banjir
lumpur panas di Sidoarjo merupakan peristiwa menyemburnya lumpur panas di
lokasi pengeboran PT Lapindo Brantas sejak tanggal 27 Mei 2006. Bajir lumpur
panas tersebut terus meningkat dan penyebab utama semburan tersebut belum
jelas. Semburan tersebut menyebabkan tergenangnya kawasan pemukiman, pertanian,
dan peridustrian. Masalah banjir lumpur panas ini telah menjadi masalah
nasional, yang memaksa pemerintah pusat turut campur dalam upaya
penanggulannya.
D. Isu Lingkungan Lokal
Ada beberapa
penyebab masalah lingkungan lokal, diantaranya :
1. Kekeringan :
kekeringan adalah kekurangan air yang terjadi akibat sumber air tidak dapat
menyediakan kebutuhan air bagi manusia dan makhluk hidup yang lainnya. Dampak:
menyebabkan ganggungan kesehatan, keterancaman pangan.
2. Banjir :
merupakan fenomena alam ketika sungai tidak dapat menampung limpahan air hujan
karena proses influasi mengalami penurunan. Itu semua dapat terjadi karena
hijauan penahan air larian berkurang. Dampak: ganggungan kesehatan, penyakit
kulit, aktivitas manusia terhambat, penurunan produktifitas pangan, dll.
3. Longsor :
adalah terkikisnya daratan oleh air larian karena penahan air berkurang.
Dampaknya: terjadi kerusakan tempat tinggal, ladang, sawah, mengganggu perekonomian
dan kegiatan transportasi
4. Erosi pantai
: adalah terkikisnya lahan daratan pantai akibat gelombang air laut. Dampak:
menyebabkan kerusakan tempat tinggal dan hilangnya potensi ekonomi seperti
kegiatan pariwisata.
5.
Instrusi Air
Laut: air laut (asin) mengisi ruang bawah tanah telah banyak digunakan oleh
manusia dan tidak adanya tahanan instrusi air laut seperti kawasan mangrove. Dampaknya:
terjadinya kekurangan stok air tawar, dan mengganggu kesehatan. (www.korekan.com)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manusia dengan
pengetahuannya mampu mengubah keadaan
lingkungan sehingga meguntungkan dirinya, untuk memenuhi kebutuhannya. Awalnya
perubahan itu dalam lingkungan yang kecil dan pengaruhnya sangat terbatas. Dengan
ilmu pengetahuan dan teknologi, kemampuan manusia untuk mengubah lingkungan
semakin besar. Sehingga, manusia ingin menguasai alam. Alam yang awalnya tetap
dapat mempertahankan keseimbangan sekarang keseimbangan itu hilang dan timbul
kerusakan di mana-mana karena, ulah tangan manusia
Salah satu isu
lingkungan nglobal adalah pemanasan global. Pemanasan global terjadi akibat
meningkatnya gas sulfur dioksida dan gas-gas rumah kaca, seperti CO2 akibat
dari pembakaran bahan bakar fosil. Proses pemanasan global ini terjadi ketika
radiasi dari sinar matahari akan masuk ke bumi. Radiasi dari sinar matahari
tersebut akan sampai bumi dan menghangatkan bumi. Sebagian dari radiasi
matahari akan diserap oleh bumi, dan sebagian bumi akan memantulkan kembali ke
angkasa. Jika atmosfer bumi penuh dengan gas-gas rumah kaca maka panas dari
bumi tidak dapat diteruskan ke angkasa. Akibatnya, panas kembali ke bumi.
Beberapa akibat dari pemanasan global
adalah iklim mulai tidak stabil, peningkatan
permukaan laut, suhu global cenderung meningkat, gangguan ekologis, dampak
sosial dan politik, dampak terhadap kesehatan manusia, perdebatan tentang pemanasan global. Cara mengurangi
pemanasan global adalah mencari alternatif energi lain yang lebih ramah
lingkungan dan harganya terjangkau oleh masyarakat luas, menanam pohon, menghijaukan
hutan yang telah gundul, dan melakukan efisiensi pada penggunaan bahan bakar
fosil
Ada beberapa masalah lingkungan nasional, diantaranya banjir,
kerusakan hutan di Indonesia, sampah, dan banjir lumpur panas di Sidoarjo.
Selain masalah lingkungan global dan nasional, ada maslah lokal. Beberapa
penyebab masalah lingkungan lokal, diantaranya kekeringan, banjir, longsor, erosi
pantai, dan instrusi air laut.
DAFTAR PUSTAKA
Maskoeri, Jasin.1994. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta:
PT Raja Gafindo Persada.
TIM IAD MKU UMS, TIM MUP.2008. Ilmu Kealaman
Dasar. Surakarta: Muhammadiyah University Press
Lurangung.2012. Isu Lingkungan Lokal. www.korekan.com diakses tanggal 28 Maret 2013
http://www.id.wikipedia.org.
Diakses tanggal 1 Juni 2013
19 Mei 2014 pukul 00.26
THANK YOU VERY MUCH :)
18 Desember 2014 pukul 06.42
Thanks ya brow :)
12 April 2020 pukul 21.26
Baguss,sgt jelas