TUGAS MATA KULIAH
MEMBACA KOMPREHENSIF
RESENSI BUKU RONGGENG
DUKUH PARUK
KARYA AHMAD TOHARI
DOSEN PENGAMPU : M FAKHRUR
SAIFUDIN, M.Pd
OLEH :
LAILA FITRI NUR HIDAYAH
A310120229
KELAS 2F
PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA DAN SASTRA DAERAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013
BELENGGU CINTA DALAM
ADAT ISTIADAT
DUKUH PARUK
Pengarang : Ahmad
Tohari
Penerbit :
PT
Gramedia Pustaka Utama
Halaman : 408 halaman
Terbit :
2011
Harga :
Rp25.000,00
Ahmad
Tohari adalah salah satu pengarang terbaik yang dimiki oleh bangsa Indonesia.
Banyak karya-karyanya yang masih dapat dikenang sampai saat ini. Novelnya yang
pertama Di Kaki Bukit Cibalak tahun 1977. Kemudian Kubah terbit tahun 1980 dan
dinyatakan sebagai karya fiksi terbaik tahun tersebut oleh Yayasan Buku Utama,
dan yang ke tiga ialah novel Ronggeng Dukuh Paruk tahun 1981. Novel karya Ahmad Tohari selalu mengambil setting
pedesaan, tradisi, dan unsur estetika alam. Novel karya Ahmad Tohari yang
berjudul Ronggeng Dukuh paruk ini merupakan salah satu karya sastra yang fenomenal
sepanjang masa. Novel ini merupakan penyatuan trilogi Ronggeng Dukuh Paruk,
Lintang Kemukus Dinihari, dan Jantera Biangkala, dengan memasukkan kembali
unsur-unsur yang tersensor selama 22 tahun. Novel ini mengandung bayak kosa
kata tradisional dengan kemasan berani oleh sang pengarang. Setiap cerita dalam
novel ini selalu diawali dengan diskripsi panjang suasana sekitar, sehingga
pembaca seolah-olah dibawa masuk oleh kata-kata yang menghipnotis tersebut.
Dalam buku ini mengandung unsur pornografi pada awal-awal cerita, tetapi Ahmad
Tohari tidak menggambarkan secara gamlang apa yang terjadi. Walaupun demikian, isi
dari cerita tetap dapat tersampaikan kepada pembaca.
Novel Ronggeng Dukuh Paruk telah
diangkat ke layar lebar dengan judul film Sang Penari. Film Sang Penari mampu
menghidupkan suasana dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk. Gambaran tentang
kemiskinan, kekumuhan, dan suasana pedesaan yang khas mampu memenuhi kebutuhan
imajinasi pembaca novel Ronggeng Dukuh Paruk. Dalam film Sang Penari dikemas
dengan sesuatu yang berbeda. Film Sang Penari tidak segamblang kata-kata Ahmad
Tohari dalam novelnya. Ini dikarenakan banyak unsur yang tersensor untuk publik
apabila disajikan dalam bentuk visual.
Novel Ronggeng Dukuh Paruk dalam
resensi ini adalah novel cetakan ke tujuh oleh penerbit PT Gramedia Pustaka
Utama. PT Gramedia telah banyak mencetak karya-karya berkualitas, salah satunya
adalah novel Ronggeng Dukuh Paruk ini. Dengan kemasan dan format penulisan yang
rapi dapat menarik minat pembaca. Karya ini dilindungi oleh UU RI No 19 tahun
2002 tentang hak cipta. Novel ini dipersembahkan untuk lelaki, perempuan, dan
anak-anak Dukuh Paruk.
Novel Ronggeng Dukuh Paruk ini
menceritakan sebuah percintaan antarinsan manusia di sebuah daerah Jawa Tengah
yang terpencil bernama Dukuh Paruk. Seorang laki-laki yang bernama Raus yang
sejak kecil memang sudah ditakdirkan berjodoh dengan Srintil. Namun, kisah
cinta mereka diwarnai banyak rintangan yang mengundang air mata. Cerita dimulai
ketika Srintil mendapatkan roh indang (kepercayaan masyarakat dukuh paruk) dan
mengharuskannya menjadi seorang ronggeng. Keinginan Srintil dan bakat yang
dimilikinya sebagai penerus ronggeng yang telah lama punah mendapatkan dukungan
dari sang kakek yang bernama Sakarya. Ronggeng Dukuh Paruk punah sejak
peristiwa tempe bongkrek yang menewaskan hampir seluruh warganya itu. Sakarya setelah
mengetahui bahawa roh indang ada dalam diri Srintil, maka ia kemudian membawa
Srintil kepada Kartareja, seorang Dukun Ronggeng dan istrinya yang mantan
ronggeng tetapi tidak laku pada zamannya. Pada saat itu seorang ronggeng adalah
posisi paling dimuliakan oleh warga dukuh paruk. Ketika Srintil hendak menjadi ronggeng ia
harus melewati beberapa tahap, salah satunya ialah bukak-klambu. Bukak
klambu ialah ritual pelepasan keperawanan seorang ronggeng. Pada saat itu
Srintil dihargai dengan satu keping emas, tetapi karena kelicikan suami-isri
Kartareja akhirnya Srintil mendapatkan satu keping emas, 2 logam, dan satu
sapi. Padahal dibalik itu semua, mereka justru tertipu dan hanya Srintil dan
Raus yang tahu kejadian apa yang terjadi di belakang rumah sebelum Srintil menjalani
ritual bukak klambu. Namun, setelah itu
Raus menghilang dari Dukuh Paruk meninggalkan neneknya seorang diri dan bekerja
di pasar Dawulan. Di sana Raus bertemu dengan Sersan Slamet dan Kopral Pujo.
Karena pertemuan itulah akhirnya Raus akrab dengan lingkungan tentara, ia
bekerja melayani tentara. Hingga suatu hari, ia diharuskan ikut bertugas karena
para perampok merajarela. Raus ditugaskan di Dukuh Paruk, dan ia berhasil
melumpuhkan 2 perampok. Setelah itu Raus menghilang, ia ikut sekolah tentara ke
luar Dukuh Paruk.
Di
sisi lain, Srintil terus meronggeng dengan rombongannya serta Srintil terus
melayani para lelaki petualang. Orang yang paling berperan ialah Nyai Kartareja
yang mempunyai keahlian sebagai mucikari handal. Hampir seluruh masa remaja
Srintil ia habiskan untuk hal tersebut. Dalam adat istiadat dukuh paruk seorang
ronggeng dilarang menikah kerena menikah adalah akhir dari ronggeng, ia tidak
akan laku. Keadaan itulah yang mengecam hubungan Srintil dan Raus, seolah
masyarakat menganggap itu terlarang. Jika Srintil mikah maka ia akan berhenti
menjadi Ronggeng dan itu berarti Dukuh Paruk dan kembali mati dalam hidupnya. Hingga
suatu saat Srintil paham ada yang salah pada dirinya, karena cintanya pada Raus
dan Goder (anak angkat yang disusui Srintil) ia mencoba berhenti melayani para
laki-laki. Sejak awal Srintil menjadi ronggeng sering ia melakukan
pemberontakan tetapi sering teredam oleh mulut manis Nyai Kartareja. Hingga kesenian
Ronggeng yang menjayakan Dukuh Paruk sudah terkenal di berbagai daerah.
Terlebih lagi setelah adanya suatu acara di Kecamatan Dawulan. Srintil dan
rombongannya dipakai untuk mengisi rapat-rapat di kecamatan. Ternyata itulah
yang memicu masalah besar, sering terjadi kerusuhan setelah pementasan ronggeng
dan akhirnya Srintil dipenjarakan atas tuduhan terikat PKI.
Pada
saat itu suasana Dukuh Paruk sangat mencekam. Banyak orang terus bersembunyi di
dalam rumah dan anak-anak pun kehilangan keceriaannya. Dalam keadaan seperti
ini Srintil dipenjara entah di mana, sedangkan Raus belum juga kembali dari
sekolah tentaranya. Akankah cinta mereka masih berlajut? Masihkah takdir
memihak cinta mereka? Dan bagaimana nasib kesenian ronggeng yang dilarang oleh
pemerintah pada zaman itu ?
Secara
garis besar cerita dalam novel ini termasuk karangan fiksi, tetapi dalam novel
ini memuat unsur sejarah nyata tentang PKI dan tradisi Dukuh Paruk. Novel ini untuk usia SMA ke atas karena
pemahamannya memerlukan pengetahuan yang sudah dimiliki pembaca sebelum membaca
novel ini. Novel ini dapat menggabarkan suasana pada zaman kemerdekaan,
pemberontakan, hingga zaman awal orde baru, meskipun unsur politik tersamarkan
dengan cerita warga Dukuh Paruk yang buta huruf. Novel ini bisa menjadi ajang
nostalgia para pembaca, selain diskripsi yang indah seperti aslinya maka
pembaca dapat dihipnotis masuk pada zaman tersebut. Buku ini kategori bacaan
yang sedang dan tidak banyak menguras imajinasi karena diskripsi yang detail
dari pengarang.
Keunggulan
novel ini ialah pada gaya bahasa yang dikemas dalam bentuk yang menarik dan
mudah dipahami. Perpaduan antara diskripsi, bahasa lokal, dan adat istiadat
yang ada dapat mengundang air mata pembaca. Novel ini juga memasukkan unsur
tembang-tembang daerah yang indah. Novel ini memuat 3 buku, yaitu Catatan Buat
Emak, Lintang Kemukus Dini Hari, dan Jantera Biangkala. Keterpaduan antarbuku
tersebut merupakan keunggulan dari novel karya Ahmad Tohari ini. Cerita dan
bahasa yang dimuat sangat fleksibel dan cocok dari masa ke masa. Buku ini
memual pula unsur ilmiah seperti dalam Bab 2, keilmiahan muncul ketika
menyebutkan nama bakteri yang terkandung dalam tempe bongkrek, proses
penyelidikan, dan penelitian ilmiah. Dalam cerita Ronggeng Dukuh Paruk ada
tokoh pedagang dari Cina dan Ahmad Tohari menggambarkan secara nyata logat
orang Cina tersebut.
Kekurangan
novel ini salah satunya ialah bahasa tradisional yang digunakan terlalu
frontal, sehingga tidak cocok untuk anak-anak, seperti kata bajingan, asu
buntung, tolol, bangsat dan lain-lain yang mendominasi cerita. Selain itu,
banyak kesalahan EYD dalam novel seperti penggunaan ata ‘di’ dan ‘namun’ yang kurang
tepat. Banyak penggunaan kata daerah tetapi hanya sedikit yang disertai dengan
terjemahan, sehingga menimbulkan kesulitan pada pembaca untuk memahami cerita. Di dalam penulisan novel ini terdapat beberapa
salah ketik seperti di halaman 22 kata ‘orangtua’ dan di halaman 81 kata ‘laiknya’.
Novel ini kami bandingkan dengan
film Sang Penari karena novel Ronggeng Dukuh Paruk ini menjadi inspirasi
dibuatnya film Sang Penari. Film Sang Penari melukiskan bayangan nyata tentang
keadaan dukuh paruk. Namun, ada beberapa perbedaan seperti kejadian keracunan
tempe bongkrek itu dalam novel dituliskan Srintil masih bayi dan Raus berumur 3
tahun sedangkan dalam film Srintil sudah anak-anak. Dalam novel tidak
disebutkan darimana asal keris ronggeng yang telah lama hilang tetapi dalam
film ditunjukan bahwa Raus memungutnya saat ada kericuhan keracunan tempe
bongkrek tersebut. Serta masih bayak perbedaan lain yang menimbulkan kekecewaan
pada pembaca.
Dengan demikian secara keseluruhan
novel ini bagus, banyak pengetahuan sejarah yang diperoleh dari novel ini. Buku
ini juga dapat bermanfaat untuk pembaca secara umum karena novel ini secara
tersirat mengajarkan pembaca tentang budi pekerti, kemandirian, keteguhan
prinsip, iman dan adat istiadat yang berlaku dalam suatu daerah. Setelah
membaca buku ini akan banyak mendapatkan ilmu terapan yang dapat diterapkan di
kehidupan bermasyarakat sehari-hari khususnya jiwa nasionalisme, pengorbanan,
dan perjuangan.
0 Response to "RESENSI NOVEL RONGGENG DUKUH PARUK"
Posting Komentar